Kembali ...
Awalnya, Semua Ingin Mengembalikan Khilafah. Sayang Kesasar. Satu Saja Yang Benar.
Mayoritas kaum muslimin menyadari sejak runtuhnya Turki Utsmani akan muncul kembali Khilafah diatas manhaj nubuwah. Sesuai hadist :
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون، ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها، ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، ثم سكت
“Nubuwah ada di antara kalian sebagaimana Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya saat Dia menghendaki. Lalu ada khilafah diatas manhaj nubuwah sebagaimana Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya saat Dia menghendaki. Selanjutnya ada kerajaan yang menindas (mulkan ‘adhan), sebagaimana Allah menghendaki, kemudian Allah mencabutnya saat Dia menghendaki. Setelah itu ada kerajaan yang dipaksakan (mulkan jabariyah), sebagaimana Allah menghendaki, kemudian Allah mencabutnya saat Dia menghendaki. Akhirnya akan ada (lagi) khilafah diatas manhaj nubuwah. Kemudian (beliau ﷺ ) diam” (HR Ahmad)
Daulah memandang bahwa periode Khilafah berakhir dengan jatuhnya Abbasiyah. Karena Turki Utsmani tidak memenuhi syarat khilafah. Mulai dari pimpinannya bukan Quraisy, tauhid rusak dan sufisme subur. Syari’at terbengkalai digantikan undang-undang buatan. Wahn muncul, Jihad ditinggalkan.
Pada era merekalah masyarakat Islam dijadikan bulan-bulanan Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Bak makanan yang diperebutkan di atas meja makan. Buih pecah menjadi negara nasionalisme hasil de vide at impera. Saat inilah benih jahat negara Yahudi mekar di Syam.
Ikhtiar untuk menyambut nubuwah kembalinya khilafah diatas manhaj kenabian melahirkan firqah-firqah baru : ikhwanul muslimin, hizbut tahrir, jama’ah tabligh dll. Menambah firqah-firqah yang telah ada sebelumnya. Di Asia Tenggara ada pimpinan ulama/ormas islam, yang bahkan menolak khilafah. Menganggapnya usang. Atau tidak wajib. Dan nyaman dengan republik dan demokrasi.
Pendekatan Penyatuan VS Hadits
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.”
Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau ﷺ menjawab, “Yaitu yang aku dan para sahabatku ada di atasnya” (HR. Tirmidzi)
Sesuai hadits di atas, firqah-firqah ini mustahil dipersatukan. Sebagaimana mustahilnya ahli neraka bersatu dengan ahlul jannah. Dalam ‘aqidah, akhlaq, ‘ubudiyah, hijrah, dan jihadnya.
Khilafah diatas manhaj nubuwah hanya akan ditopang oleh firqah najiyah. Utamanya terus menegakkan syari’at jihad fisabilillah. Tak kuatir dengan celaan para pencela.
Dan hari ini Daulah Islam, biidznillah, adalah satu-satunya yang memenuhi kriteria firqah najiyah. Enkaeri ? Ya, Memang harga mati. Mati jahiliyah !
Jadi. Tunggu apalagi ? Tinggalkan semuanya. Hijrah dan berjihadlah dalam satu shaff Khalifah Abu Hafs al-Hasyimi al-Qurasyi. Khilafah diatas manhaj nubuwah yang akan berperang bersama ‘Isa bin Maryam (‘alaihi salam) menyembelih Yahudi, menombak Dajjal, menghancurkan salib. Biidznillahi Ta’ala.