Kembali ...

 

Tak Mau Perang Pun Terbunuh Musuh

 

Salah satu hikmah ‘bala` Palestina’ hari ini adalah bahwa kematian itu mendatangi kalian meskipun kamu lari meninggalkan peperangan.

 

قل إن الموت الذي تفرون منه فإنه ملاقيكم ثم تردون إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون

 

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Al-Jumu’ah 8)

 

Nabi ﷺ pernah menggambarkan ajal itu sebagai bidang persegi empat yang mendatangi titik di perpotongan diagonalnya. Masing-masing dari ke empat bidang itu mewakili 4 tipe taqdir kematian, saat kamu lari dari yang kanan kamu menuju yang kiri. Lari dari yang depan, engkau menuju yang belakang. Ke empat-empatnya mendatangi kalian dari semua arah.

 

Bunuh diri, digerogoti penyakit atau tertimpa bangunan, dibunuh atau terbunuh, atau kamu mati begitu saja adalah keempat taqdir yang boleh kamu pilih.

 

وَعَنْ ابنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعاً، وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجَاً مِنْهُ، وَخَطَّ خُطَطاً صِغَاراً إِِلَى هَذَا الَّذِي فِي الوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الوَسَطِ، فَقَالَ: هَذَا الإِنسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطاً بِهِ أو قَد أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الأَعْرَاضُ، فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا، نَهَشَهُ هَذَا، وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا. رَوَاهُ البُخَارِيّ.

 

Dari Ibnu Mas’ud (رضي الله عنه), ia berkata: “Nabi ﷺ menggambar persegi empat dan membuat garis yang keluar darinya di tengahnya. Beliau juga membuat garis-garis kecil ke arah garis yang berada di tengah tersebut dari arah sampingnya. Beliau berkata ﷺ:

Ini manusia, dan itu ajal yang mengelilinginya. Sedangkan yang keluar ini adalah angan-angannya. Garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ia tidak tertimpa ini, dia tertimpa itu. (HR Bukhari)

 

Yahudi, Salibis, Majusi membunuhmu baik kamu berperang di jalan batil, seperti poros rafidhah, atau kamu berperang fi sabilillah, sebagaimana tentara Daulah Islam.

 

Jadi mengapa engkau tidak memilih ‘hidup’ di sisi Rabb-mu diberi makan dan minum sesukanya di Jannah dalam tembolok burung hijau, dengan terbunuh fi sabilillah ?

 

Para pemuda yang aktif dalam kegiatan islam tapi menjauhi kewajiban qital alias perang fi sabilillah atau i’dad dan jihad, bangga dengan kata ‘hijrah’ yang kosong dari jihad. Atau memelintir kata jihad dengan seloroh ‘julid’ fi sabilillah. Naudzubillah min dzalik.

 

Umumnya beralasan : masih mau mencari ilmu, belum birrul walidain, kerja dulu kumpulkan harta, belum menikah, dll.

 

Bukankah ilmu ahlu tsugur (mujahidin di parit jihad) lebih patut dipakai daripada santri ‘gudikan’ karena puluhan tahun berkutat dengan kitab bak keledai ?

 

Bukankah syafa’at si syahid fi sabilillah bagi kedua orang tuanya sebuah birrul walidain yang lebih pasti ?

 

Bukankah rizqi Rasulullah ﷺ dan shahabatnya (رضي الله عنهم) dari ghazwah dan sariyah ? Pekerjaan mana lagi yang lebih afdhal dari perang fi sabilillah ?

 

Bukankah istri-istri di jannah Firdaus, nikahnya langsung disaksikan Allah Ta’ala ?

 

Fa aina tadzhabun ? Ke mana kamu pergi ? Mau ikut madzhab wahn (cinta dunia dan takut mati syahid) yang mana kalian ?

 

 

 

Flag Counter