Kembali ...

 

Saling Menasehati Dan Mengingatkan

(Tajuk An-Naba` 1445 H)

 

Salah satu kenyataan yang perlu diperhatikan adalah bahwa al-haqq tidak menang dengan sendirinya walaupun dia al-haqq.

 

Diperlukan adanya kekuatan dan tenaga sesuai syar’iat yang menopang serta membangun fondasi al-haqq. Guna menghempaskan kebatilan dan mengguncang singgasananya.

 

Allah Ta’ala mengatakan :

 

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ

 

Sungguh telah Kami utus rasul-rasul Kami itu dengan bukti nyata. Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab. Dan Al-Mizan agar manusia bisa menegakkan keadilan. Juga Kami turunkan besi, yang memiliki kekuatan ampuh. Serta punya banyak manfaat lain bagi manusia. (Al-Hadid)

 

Oleh karena itu diinul Islam bertumpu pada dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain : “kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang memberi kemenangan.”

 

Bila salah satu atau kedua-duanya diabaikan, maka terabaikan sebagian atau seluruh kemenangan.

 

Kemenangan dan tamkin itu sunnah yang tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya. Kecuali karena adanya usaha yang kurang dalam tauhid ataupun jihad.

 

Allah Ta’ala telah berjanji kepada kita dan tidak akan mengingkari janji-Nya.

 

Ketika hamba-Nya sudah memenuhi sebab kemenangan dan syarat-syaratnya, maka Dia Ta’ala akan menepati janji-Nya kepada mereka.

 

Syarat yang paling utama adalah istiqamah pada manhaj kenabian, yang berlandaskan mentauhidkan Allah dan mengkufuri thaghut.

 

Itulah manhaj thaifah manshurah bagi ahlu sunnah wal jama’ah. Dijalankan secara ikhlash lillahi Ta’ala, taat kepada-Nya, serta mengikuti Rasul-Nya (ﷺ), seperti janji Allah Ta’ala :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

 

Wahai kamu orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kekuasaanmu. [Muhammad]

 

Faktor-faktor kemenangan itu tampak jelas dan nyata dalam ucapan-Nya Ta’ala : 

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ * وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

 

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu suatu golongan, berdirilah teguh, dan banyak-banyaklah berzikir kepada Allah, agar kamu berhasil.

 

Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Janganlah kamu saling berbantahan sehingga hilang ruh kalian. Dan bersabarlah. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfaal)

 

Ibnu al-Qayyim berkata, mengomentari ayat tsb :

 

Inilah lima hal yang di atasnya dibangun Kubah Kemenangan. Ketika seluruh atau sebagiannya dihilangkan. Maka hilang kemenangan sesuai dengan apa yang kurang darinya.

 

Sebaliknya ketika semua berkumpul, maka saling menguatkan, dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemenangan.

 

Dulu saat mereka terkumpul di antara para sahabat (رضي الله عنهم), tak ada kaum lain yang bisa berdiri menghadapi mereka.

 

Sahabat nabi (رضي الله عنهم) menaklukan dunia.

 Orang-orang serta negeri-negeri bertekuk lutut kepada mereka.

 

Namun saat kelima hal ini tercerai-berai, di antara orang-orang yang datang setelah mereka, maka menjadi lemah; Ternyata masalahnya sama” [Al-Furusiyah].

 

Janji Allah Ta’ala hanya akan terpenuhi melalui sunnah taghyir (perubahan). Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

 

Perubahan dimulai dari jiwa ketika seseorang memeriksa batinnya dan memperbaiki apa yang telah rusak dan memperbanyak apa yang baik. Allah Ta’ala berkata :

 

 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

 

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri [Ar-Ra'du]

 

Kemudian dia berusaha untuk mereformasi keadaan diri dan apa yang ada di sekitarnya dengan cara sesuai syari’at dalam perkataan dan perbuatan. Dalam da’wah dan jihad. Sesuai ayat :

 

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

 

Dan Rabb-mu tidak akan menghancurkan suatu negeri semena-mena, manakala penduduknya melakukan kesalihan. (Hud)

 

Arti ishlah (reformasi/kesalihan) yaitu mereka memperbaiki diri sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dengan amar ma’ruf dan nahi munkar.

 

Berusaha keras mengubah realitas agar sesuai syari’at Allah. Menerapkan tauhidullah dan jihad fi sabilillah. Teguh pada manhaj ini. Selalu memperbaharui taubat. Melepaskan diri dari kezaliman dan menegakkan keadilan.

 

Semua itu merupakan perubahan terpuji yang membuat mu’min memperoleh kesertaan dan dukungan Allah Ta’ala.

 

Diantara hikmah Allah Ta’ala saat Dia menguji hamba-Nya dengan cobaan dan kesengsaraan, ialah untuk menyaring yang jahat dari yang baik. Membedakan orang beriman dari orang munafik.

 

Sebagaimana ucapan Allah Ta’ala :

 

مَّا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ

 

Allah tidak akan membiarkan orang beriman pada apa yang kamu hadapi saat ini, kecuali agar Dia memisahkan yang jahat dari yang baik (Ali Imran)

 

Ibnu Katsir berkata:

 

Pasti akan muncul dari sebab musibah itu mana wali Allah dan mana musuhnya. Diketahui dari ujian itu mukmin yang sabar dan munafik yang maksiat.”

 

Masa sejahtera banyak melahirkan para pengaku berpura-pura. Sebaliknya saat musibah, derita, dan goncangan, memisahkan orang-orang jujur ​​dari para pendusta. Persis seperti ayat Allah :

 

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

 

Atau apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah padahal belum datang kepadamu apa yang menimpa orang-orang sebelum kamu. Mereka ditimpa musibah, kesedihan, goncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapan pertolingan Allah itu tiba? Sesungguhnya kemenangan Allah itu sudah dekat.” (Al-Baqarah)

 

Dan ingatlah wahai mujahidin, bahwa agama ini mempunyai tali kuat yang harus dipegang dengan erat. Kekuatannya terletak pada terangkatnya kalimat tauhid serta terealisasinya aqidah wala wal bara. Iman yang sempurna itu cinta karena Allah dan benci karena Allah.

 

Dalam hadits riwayat Abu Dawud :

 

مَن أحبَّ للهِ، وأبغَضَ للهِ، وأَعْطَى للهِ ومنَعَ للهِ؛ فقد استَكْمَلَ الإيمانَ

 

Barangsiapa cinta karena Allah dan benci karena Allah. Juga memberi karena Allah dan menahan (pemberian) karena Allah. Maka imannya telah sempurna.

 

Memegang ‘aqidah ini adalah jalan menuju selamat, tersaringnya barisan, tercapainya ridha Allah, dan mendatangkan kemenangan. Sesuai dengan ucapan Allah Ta’ala : 

 

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

 

Dan Allah pasti akan menolong siapa pun yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hajj)

 

Kami menasihati saudara-saudara kami untuk memperbarui ‘aqidah ini dalam jiwa mereka.

 

Kami mengingatkan mereka untuk muhasabah (evaluasi diri), taubat, inabah (kembali kepada Allah), dan mujahadah (bersungguh-sungguh). Karena Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.

 

Apa yang disebutkan di atas bukanlah sesuatu yang baru kejadiannya. Atau sesuatu yang lama dan tersembunyi lalu muncul lagi.

 

Melainkan sesuatu yang diketahui oleh setiap mujahid yang telah menempuh jalan penuh berkah ini dalam taat dan ittiba’. Namun alangkah indahnya, jika kita selalu memperbaharui nasehat dan mengingatkan ke kalangan umat Islam dari waktu ke waktu. Agar waspada terhadap mereka yang lalai dan mengingatkan mereka yang lupa. Sehingga tujuannya tetap tegak di depan mata, jalan terlihat jelas, dan pintu terbuka bagi semua yang sedang mengikuti dan mau mengikuti.

 

Maka perbaharuilah tekadmu wahai mujahidin ! Dengan niat yang sungguh-sungguh dan ikhlas. Perbaiki niatmu, kuatkan tekadmu, dan singkirkan dari pundakmu rintangan yang menghalangi untuk mencapai tujuan muliamu : menegakkan agama di muka Bumi.

 

Sehingga bersama-sama, umat bisa menepati Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Al-Jama’ah. Selalu saling nasihat menasihati, saling mengingatkan, memberi saran, bersabar, saling menyabarkan, dan saling merapatkan barisan.

 

Kesudahannya hanyalah, salah satu dari dua kebaikan : syahadah dan tamkin. Dua-duanya adalah kemenangan yang nyata. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.