Kembali ...

 

Si Pecundang Yang Bimbang

(Tajuk An-Naba 440)

Pecundang Bimbang

 

Sering kita dengar. Dan junud Khilafah selalu mengulang dalam video dokumenter maupun majlis-majlisnya. 

 

Bahwa kelak Allah Ta'ala akan menaklukan bagi mereka negeri-negeri, membuat mereka memerangi negara kafir lantas menguasainya dengan syari'at Allah hingga di depan rumah-rumahnya, kemudian mewarisi tanah beserta harta-hartanya.

 

Semua itu tentu bersumber dari husnu zhan mereka kepada Allah Ta'ala. Keyakinan mereka kepada janji-Nya. Dan Dia Ta'ala tidak pernah ingkar janji. Dia Sendiri saja sudah cukup bagi yang bertawakal kepada-Nya. Seperti ucapan Nya :

 

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى الله فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ الله بَالِغُ أَمْرِهِ

 

Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupi. Sungguh Allah akan menyelesaikan urusan-Nya.

 

Keyakinan kepada Allah Ta'ala, di tengah musibah yang silih berganti dan banyaknya cobaan ini, merupakan sunnah para nabi dan orang-orang shaleh sepanjang zaman, pada masa dan situasi yang paling gelap.

 

Begitulah keadaan Musa (عليه السلام) ketika Firaun beserta tentaranya mengejar dia.

 

Saat sarana bumi terputus dari mereka, Musa (عليه السلام) dengan yakin mengatakan :

 

كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

 

Sekali-kali tidak. Rabb-ku bersamaku. Dia akan segera memberi aku petunjuk !

 

Dan ucapan Nabi kita ﷺ pada, sahabat dan teman hijrahnya (رضي الله عنه), ketika kaum musyrik menyusul mereka dan mengepung mereka di dalam gua :

 

 لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

 

Jangan kuatir. Allah bersama kita.

 

Jadi begitulah mujahidin meyakini, sedang mengikuti jalan kenabian yang sama, melanjutkannya hingga yang terakhir dari mereka, melawan Dajjal.

 

Beginilah jalan dari thaifah manshurah (golongan yang ditolong Allah). Jalan yang kita tahu, tak pernah berubah.

 

Sangat bertolak belakang dengan hal ini. Kita dapati para pengikut thaifah makhdzulah (kelompok yang dihinakan Allah), takut pada musuh sama seperti mereka takut pada Allah. Atau bahkan lebih takut lagi!

 

Mereka beranggapan bahwa tidak ada seberat atom pun di bumi yang lepas dari lingkaran intelejen musuh. Dan bahwa segala sesuatu yang terjadi berada di bawah kendali, pengetahuan, pengelolaan, dan kemauannya.

 

Bahwa umat Islam tidak dapat mengangkat kepala dan tak mempunyai tenaga untuk melawan musuh mereka. 

 

Meskipun ketika Allah telah memudahkan sarana bagi mujahidin dan mereka bisa memukul musuh dalam peperangan. Hal itu terasa mustahil di hati mereka untuk bisa menang. Karena apa yang telah merasuk dalam jiwa berupa rasa kalah serta lemahnya iman terhadap kekuasaan, kekuatan, taufik, dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya. Lalu terukir dalam jiwa mereka.

 

Jiwa-jiwa itu mulai membuat takwil dan menenun teori konspirasi yang diilhami oleh imajinasi mereka!

 

Saat Allah Ta'ala menaqdirkan sebuah pekerjaan mana pun yang tidak punya keberhasilan. Kau akan melihat orang-orang yang sama ini berbicara tentang “manajemen dan perencanaan yang buruk” dan bahwa ini adalah hasil yang diharapkan sebelumnya!

 

Mereka mulai mengatakan dan membesar-besarkan bahwa umat Islam lemah dan tidak mempunyai kekuatan untuk mengalahkan musuhnya. Dan bahwa mereka terlalu melebih-lebihkan kemampuan mereka dibandingkan kemampuan musuhnya.

 

Mereka mengulang-ulang ucapan orang-orang yang imannya belum kokoh di hatinya.

 

Tentang itu Allah telah katakan kepada kita dalam kitab-Nya :

 

 إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَٰؤُلَاءِ دِينُهُمْ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى الله فَإِنَّ الله عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 

Ketika orang munafik dan orang yang di hatinya ada penyakit berkata : 'Orang-orang ini tertipu oleh agamanya'. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah maka sungguh Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

Orang-orang ini melihat mujahidin tertipu oleh keyakinan mereka kepada Allah, ketika mereka bertawakal kepada-Nya, lalu melakukan i'dad sebanyak yang mereka bisa untuk menghadapi kekuatan kuffar yang jumlahnya lebih banyak dan lebih siap dari mereka. 

 

Sumbernya adalah penyakit yang mengakar di hati mereka, yang menghalangi mereka untuk naik ke tingkat tawakal yang lebih tinggi kepada Allah Ta'ala. Sang Penyebab segala sebab, Penyuruh jihad dan Pembuat janji kemenangan. Subhanallah.

 

Kekalahan internal dan guncangan hebat dalam jiwa orang-orang ini adalah akibat dari akumulasi perang agama yang dilancarkan kaum kafir pada kaum Muslimin.

 

Telah menghasilkan jiwa yang sakit, kalah, dan terguncang. Yang percaya, mengemis kepada musuh tidak terlalu berbahaya dibandingkan menghadapinya.

 

Dan kehinaan serta sikap kekanak-kanakan dibebankan pada umat Islam, bukan pada orang-orang kafir!

 

Jalan keluarnya adalah dengan menerima kenyataan apa adanya tanpa mengubahnya. Lalu mengikuti arus, apapun itu, dan keselamatan tidak dapat ditukar dengan apapun. Meskipun perlu mengorbankan agama Allah Ta'ala, darah, serta kesucian umat Islam !

 

Bahkan keadaan yang menimpa sebagian dari mereka sudah sedemikian parahnya sehingga mereka buru-buru lari kepada orang kafir. Bukan karena yakin terhadapnya. Namun karena takut akan kezaliman terhadap dirinya! 

 

Seperti ucapan Allah Ta'ala :

 

فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَىٰ أَن تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ..

 

Maka kamu akan melihat orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, bergegas mendatangi mereka. Mengatakan kami takut bencana menimpa kami.

 

Ibnu Katsir berkata: 'bergegas mendatangi mereka' artinya : mereka bersegera setia kepada mereka dan mencintai mereka lahir dan batin. 'Mengatakan kami takut bencana menimpa kami', artinya : Mereka 

mengartikan rasa sayang dan kesetiaan mereka dengan arti bahwa mereka takut akan terjadi sesuatu dari kemenangan orang kafir atas kaum muslimin. Sehingga mereka bergandengan tangan dengan orang-orang Yahudi dan kaum Nasrani. Dan itu akan bermanfaat bagi mereka.” [Al-Tafsir].

 

Sungguh orang mu'min yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal. Yakin pada janji-Nya. Menang atas dirinya sendiri. Maka dia tidak takut akan kemampuan yang dikerahkan musuhnya untuk melawannya. Betapapun besarnya kekuatan mereka.

 

Dia menyadari bahwa segala sesuatu yang diperbuat manusia berada di bawah kekuasaan Dzat yang dia bertawakal kepada-Nya. Subhanahu wa Ta'ala.

 

Hanya apa yang telah ditetapkan Allah baginya dan bagi mereka yang akan terjadi padanya.

 

Renungkanlah apa yang dikatakan Nuh (عليه السلام) kepada kaumnya :

 

 يَا قَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنظِرُونِ

 

Wahai kaumku. Bila kedudukan dan peringatanku dengan ayat Allah terlalu buruk bagi kalian, maka aku bertawakal kepada Allah. Lalu gabungkan kemampuan kalian dan sekutu kalian. Jangan persekutuanmu menyusahkanmu. Segera putuskan atas aku dan jangan menoleh ke belakang.

 

Dia (عليه السلام) memberi tahu mereka bahwa jika jiwa mereka sudah muak dengan seruan tauhid, maka biarkan mereka mengumpulkan segala yang mereka bisa untuk melawannya, mereka dan sekutunya. Kemudian menggunakan seluruh kekuatan mereka untuk melawannya !

 

Sebab dia bertawakal kepada Allah, Rabb semesta alam. Ini jalan para nabi yang sendirian di tengah kerumunan orang kafir dan berada di bawah pengaruh mereka.

 

Perhitungan materiil tidak menghalangi mereka untuk memberitakan kebenaran sekaligus mengintimidasi, mengancam dan menakuti kebatilan.

 

Kewajiban umat Islam saat ini untuk mewaspadai bahaya internal ini, yakni jiwa-jiwa yang kalah.

 

Karena mereka membuat anak-anak muslim menjadi lemah dan penakut. Menghiasi serta mendorong ketaatan maupun ketundukan kepada mereka. Mengajarkan masyarakat untuk memiliki su`u zhan kepada Allah. Bertahan dalam dosa yang mengganggu jihad dan melambatkannya di muka bumi.

 

Kita punya contoh yang baik di era sekarang dengan tentara Daulah Islam.

 

Kami kira bahwa mereka tidak peduli dengan ajaran sesat dari para pecundang dan gemetaran itu. Juga semua suara sumbang yang menentang mereka di masa lalu dan masa kini.

 

Yang mencoba mencegah mereka melanjutkan perjalanan. Mengintimidasi mereka dengan kelompok kafir, tentara, dan aliansinya.

 

Ini akan menghancurkan Daulah mereka dan mengakhiri misinya dalam masa pertumbuhan.

 

Namun mereka menolak untuk taat kecuali atas perintah Allah Ta'ala. Mengikuti teladan para pendahulu mereka yang pertama.

 

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا الله وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

 

Yang berkata manusia kepada mereka :“Orang-orang berkumpul melawan kamu, maka takutlah terhadap mereka,” dan hal itu menambah keimanan mereka, dan mereka berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dialah sebaik-baik pengatur urusan.”

 

Oleh karena itu, Allah Ta'ala tidak mengecewakan mereka dan memuliakan mereka dengan membimbingnya kepada kebenaran, melestarikan perjuangan mereka, dan mewariskannya kepada mereka, dan inilah rahasia keberlangsungan jalan mereka. Tidak peduli dengan jumlah jiwa yang kalah, bimbang, lagi putus asa.

 

وَلَيَنصُرَنَّ الله مَن يَنصُرُهُ إِنَّ الله لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

 

Allah pasti menolong orang yang membantu (agama) Nya. Allah sungguh Kuat Lagi Kokoh.

 

Sumber : Tajuk An-Naba 440