Kembali ...

 

 iftitah

 

Saling Memperkuat Satu Sama Lain

(Tajuk Naba 438)

 

Tak ada persaudaraan yang lebih agung daripada ukhuwah iman. Yaitu tali kokoh yang dipakai Allah mengikat hamba ciptaan-Nya yang Dia Ridhai.

 

Seperti ucapan-Nya Jalla Jalaluhu :

 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ...

 

Sesungguhnya orang-orang mu'min itu (seperti) saudara sekandung.

 

Nabi-Nya ﷺ mengumpamakan ikatan persaudaraan ini dengan batu bata sebuah bangunan. Katanya : 

 

إنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا، وشَبَّكَ أصَابِعَهُ [متفق عليه]

 

Sungguh seorang mu'min dengan mu'min lain itu laksana batu bata dalam bangunan, saling memperkuat satu sama lain, lalu beliau mengaitkan jari-jemari kedua belah tangannya. (Muttafaqun 'alaihi)

 

Ibnu Rajab berkata : "Difahami dari isyarat jari tsb bahwa antara mu'minin saling memperkuat seperti jari jemari yang saling terkait. Bahwa jari dari kedua belah tangan meski berlainan, sebetulnya berasal dari satu orang. Begitulah kaum mu'min saling berbeda orang, namun asalnya satu. Terkumpul persaudaraan mereka dari satu keturunan nasab. Yakni dari Adam hingga Nuh (عليهما السلام). Dan dari satu kandungan yaitu iman.

 

Allah Ta'ala mensyari'atkan banyak hukum untuk menguatkan ikatan ini. 

 

Misalnya. Pengharaman darah, harta, dan kehormatan seorang muslim. Pelarangan menyakiti, ghibah, atau menghinanya.

 

Sebaliknya. Mewajibkan menolong, bergaul dengan baik, bersikap ihsan, menjaga hak-haknya.

 

Hasil akhirnya. Seorang muslim akan peduli pada saudara imannya, seolah dia adalah saudara kandung dari ibu dan bapak sendiri. Bahkan lebih daripada itu.

 

Sedih atas deritanya. Gembira dengan kebahagiaannya. Merasakan sakit pada luka di badannya. Sebab dia adalah bagian dari satu tubuh umat Islam ini. Yang bila sakit salah satu organnya, maka akan demam seluruh tubuhnya. Meski satu berada di Timur dan Barat Bumi. Persis seperti ucapan Rasulullah ﷺ dalam hadits muttafaq 'alaihi :

 

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

 

Perumpamaan kaum mu'minin dalam hal kasih sayang, saling cinta, dan saling berlemah lembutnya laksana satu tubuh. Ketika satu organ tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya terpanggil ikut merasakan pedih dan demam.

 

Bahkan Allah menetapkan syari'at agar seorang muslim berupaya sungguh-sungguh untuk saudara imannya agar memperoleh kebaikan sebagaimana usahanya untuk diri sendiri. Sebaliknya membenci keadaan buruk menimpa saudaranya tadi, layaknya menimpa dia sendiri.

 

Menjadikan hal tsb di atas sebagai perkara iman sesuai perkataan Rasulullah ﷺ :

 

لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ، حتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ ما يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [البخاري]

 

Belum (sempurna) iman salah satu dari kalian, hingga ia senang saudaranya memperoleh apa yang dia sendiri juga sangat suka dengan hal tsb. (Bukhari)

 

Jadi begitulah gambaran kuatnya kemesraan dalam agama Allah Ta'ala.

 

Bila kalian mau, sebut saja beginilah standar kesetiaan, al-wala` sesama kaum muslimin yang saling berkasih sayang.

 

Dan standar keberlepasan diri, al-bara` dari orang-orang kafir. Karena mereka menyelisihi keadaan kaum mu'minin. Yakni karakter buruk mereka yang disebutkan Allah Ta'ala :

 

إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا..

 

Ketika kalian beroleh kebaikan, mereka sakit hati. Sebaliknya saat kalian ditimpa kemalangan, mereka bersuka ria.

 

Jadi inilah bangunan kokoh lagi tersusun rapi, yang ingin dihancurkan orang-orang kafir dengan segala cara.

 

Mulai dari pemikiran memutus kasih sayang iman digantikan dengan ikatan nasionalisme, kesukuan, partai politik, dan lainnya dari unsur jahiliyah. Hingga sikap militansi atas dasar batas negeri, tapal batas, dan pos penjaga perbatasan.

 

Semua demi mudahnya mencabik-cabik kesatuan umat Islam, mengendalikan negeri mereka, menyibukan tiap daerah dengan kepentingannya sendiri.

 

Demikian itu kenyataan yang tampak menyedihkan atas keadaan umat Islam hari ini di segenap penjuru Bumi.

 

Muncul dari sini, suku dan kelompok, yang terpecah belah dan cerai berai. Masing-masing sibuk dengan kepentingannya. Tertawan dan terpenjara dalam batas negaranya.

 

Haram menolong muslim lain di luar perbatasan. Tiap kelompok bangga pada kesuksesannya. Suriah untuk orang suriah. Palestina urusan orang palestina. Mesir milik orang mesir.

 

Ikatan Islam perkara luar tak perlu dipedulikan. Penderitaan umat Islam urusan internal masing-masing.

 

Kehinaan itu asalnya perkara individual. Menolong hanya masalah cabang eksternal.

Kepada Allah kita meminta pertolongan.

 

Akhir dari kehinaan di satu tempat, yang terjadi oleh sebab diputusnya tali ikatan ukhuwah iman, membuat orang-orang kafir bebas menyerang umat Islam. Memberi sedikit kesempatan, namun banyak menimpakan bencana dan derita.

 

Itu yang kita lihat sekarang di Palestina. Penumpahan darah, penghinaan demi penghinaan. Namun malah berkasih sayang dengan para setan.

 

Aneh bin ajaib. Mereka menerima kiriman makanan instan dari pesawat yang membunuhi mereka tadi malam, pada siang hari.

 

Lupa mereka itu yang selama puluhan tahun telah mengurung, menyiksa, dan membunuhi mereka.

 

Solusi atas nasib kaum muslimin membutuhkan kembalinya kesatuan tubuh, hidupnya ukhuwah iman, dan membuang ikatan jahiliyah lainnya ke tempat sampah sejarah.

 

Maka umat Islam akan mengutamakan ikhwannya yang lemah. Oleh karena merekalah wali, keluarga, saudara kandung, dan orang terdekatnya.

 

Mencukupi hajat mereka, mengharuskan penyingkiran penghalang jalan dan kerusakan, yang dimanfaatkan orang kafir maupun murtadin selama ini. Juga penegasan dan peringatan agar tidak melupakan luka yang dialami umat Islam lain di negeri lain. 

 

Kaum mu'min wajib melindungi darah mereka di atas Bumi dan di bawah Langit.

 

Buah dari penerapan dan penghidupan kembali ikatan rabbani ialah seorang muslim wajib menolong saudara muslim lain. Tidak membiarkan kehinaannya atau menyerahkan nasib mereka kepada kuffar.

 

Sebaliknya membela dengan seluruh kemampuan, menguatkan yang lemah, menolong yang membutuhkan, mengangkatnya dari kezhaliman, dan menasehati saat berbuat keburukan. 

 

Betapa indah pesan Rasulullah ﷺ :

 

المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ ولَا يُسْلِمُهُ، ومَن كانَ في حَاجَةِ أخِيهِ كانَ اللَّهُ في حَاجَتِهِ، ومَن فَرَّجَ عن مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عنْه كُرْبَةً مِن كُرُبَاتِ يَومِ القِيَامَةِ، ومَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيَامَةِ

 

Muslim itu bak saudara kandung bagi muslim lainnya. Tidak menganiaya dia maupun menyerahkannya kepada musuh kafir. Siapa menyelesaikan hajat saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Siapa mengeluarkan seorang muslim dari musibahnya, maka Allah akan mengeluarkan dia dari bencana-bencana di Akhiratnya. Siapa menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di Akhirat.

 

Hadits di atas menerangkan dengan jelas hakikat satunya tubuh umat ini. Bagaimana penerapan rinci ukhuwah iman. 

Ikatan agung satu sama lain. Melampaui ikatan nasab, warna kulit, dan tanah kelahiran.

 

Mujahidin lebih patut menjadi teladan dalam persaudaraan iman dan memenuhi hak-hak ukhuwah ini. Mereka lebih bermurah hati. Memberikan jiwanya. Membela dan menjaga darah ikhwannya di daerah lain.

 

Mujahidin tak menelantarkan satu saranapun untuk menolong dan mengangkat kezhaliman dari muslim lainnya, kecuali mereka pasti mengambilnya. Guna menepati dan menerapkan standar ikatan iman sampai kehidupan mereka penuh dengan kasih sayang dan ukhuwah. Hidup dan mati berkumpul di bawah naungan tali iman suci.

 

Mustahil akan baik, keadaan umat Islam, kecuali dengan ukhuwah iman. Tak ada tali pengikat antara kaum muslimin, kecuali ikatan 'aqidah tauhid ini.

 

Dan pasti akan hancur lebur, cerai berai, berpecah belah jika memakai tali jahiliyah. Dalam sekte-sekte dan partai-partai.

 

Yuk. Cari pertolongan Allah dengan cara menolong agama-Nya.

 

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Allah sungguh pasti menolong mereka yang menegakkan (agama) Nya. Sungguh Allah Maha Kuat Lagi Perkasa.