Kembali ...

 

 

 

Sepuluh Tingkat Kedermawanan

 

(Tajuk An-Naba 438)

 

 

 

Pertama

 

Memberikan jiwanya. Ini adalah tingkat tertinggi, seperti yang dikatakan oleh penyair:

 

 

Dia bermurah hati dengan jiwanya, ketika orang kikir menganggapnya …

 

 

Dan kedermawanan dengan jiwa adalah puncak kedermawanan.

 

 

Kedua

 

 

Memberi sesuai kedudukannya sebagai pimpinan. Merupakan tingkat kedua dari kedermawanan. Pemimpin menunjukkan kedermawanannya dengan mengemban tanggung jawab kepemimpinannya. Memeliharanya. Dan memilih kepentingan orang lain di atasnya.

 

 

Ketiga

 

 

Memberikan kenyamanan, kemakmuran, dan kesenangan yang dimilikinya. Dia mengorbankan miliknya untuk orang lain.

 

 

Keempat

 

 

Memberikan ilmunya dengan kesungguhan. Merupakan salah satu tingkat tertinggi kedermawanan. Karena bermurah hati dengan ilmu lebih mulia daripada dengan harta.

 

 

Kelima

 

 

Memberi bantuan menggunakan pengaruh otoritasnya, seperti rekomendasi dan menemani seseorang ke hadapan penguasa. Menjadi zakat pengaruh, yang sangat diharapkan oleh seorang hamba lemah.

 

 

Keenam

 

 

Memberi kemanfaatan bagi badannya dalam segala bentuknya. Seperti olah raga bagi sendi tubuh manusia ada sedekah.

 

 

Ketujuh

 

 

Memberikan harga dan kehormatan diri, seperti yang dilakukan seorang sahabat, Abu Dhamdham, yang sering berdoa setiap bangun pagi:

 

 

"Ya Allah, aku tidak memiliki harta untuk sedekah. Namun aku sedekahkan kepada mereka harga diriku. Jika seseorang mencela atau mencaci aku, maka aku bebaskan dia."

 

 

Kedelapan

 

 

Berderma dengan kesabaran, toleransi, dan maaf, yang merupakan tingkat mulia yang lebih bermanfaat bagi pemiliknya daripada kedermawanan dengan harta.

 

 

Kesembilan

 

 

Memberikan akhlak dan perbuatan baik kepada manusia. Kemurahan hati, yang lebih tinggi dari kedermawanan dengan kesabaran, toleransi, dan pengampunan.

 

 

Kesepuluh

 

 

Memberi dengan meninggalkan apa pun yang ada di tangan orang lain, tanpa memperhatikannya, memikirkannya, atau menyebutnya baik dalam hati maupun dengan lidah.

 

 

 

(Akhir Nukilan Dari Ibnul Qayyim Al-Jauzi)